Wednesday 17 February 2016

Devil May Cry 5 – Benci Untuk Mencintai

Pernahkah kamu merasakan sebuah konflik batin, di mana kamu menyukai sesuatu atau seseorang meskipun kamu membenci perasaanmu itu. Konflik batin menyebalkan inilah yang saya alami ketika memainkan DmC: Devil May Cry.

DmC adalah reboot dari seri game action ternama, Devil May Cry, milik Capcom. Reboot ini dikerjakan oleh Ninja Theory, developer di balik game seperti Heavenly Sword, Enslaved: Odyssey to the West, dan saat ini tengah sibuk mengembangkan Hellblade. Tidak mengherankan melihat Capcom menunjuk Ninja Theory sebagai developer baru salah satu seri andalan mereka, mengingat Ninja Theory memang cukup terpercaya mengembangkan game action.




Sayangnya, perubahan arah yang diusung oleh DmCbuatan Ninja Theory cukup membuat kesal banyak fan. Dante, karakter utama seri ini, yang tadinya terlihat keren, konyol, dan sangat mengikuti stereotip jagoan asal Jepang, tiba-tiba berubah menjadi remaja yang so cool anda bisa liat gambar di atas.

Apakah perubahan gaya karakter dan visual merupakan satu-satunya hal yang dilakukan Ninja Theory? Bagaimana dengan gameplay dari reboot ini sendiri, lebih baik atau lebih buruk? Dan apakah versi Definitive Edition yang dirilis untuk PS4 dan Xbox One menyajikan pengalaman yang berbeda dari versi standarnya? Temukan jawabannya dalam ulasan lengkap di bawah ini.

Sebagai permulaan saya akan membahas hal yang paling mudah terlihat dari DmC, serta merupakan hal yang paling menuai kontroversi, apalagi kalau bukan cerita dan karakter yang ada. Devil May Cry yang sebelumnya merupakan kisah penuh action dan kekonyolan, dibuat menjadi semacam kritik sosial yang melibatkan manusia, iblis, dan malaikat. Karakter Dante serta saudaranya yaitu Vergil sebelumnya dikenal sebagai blasteran antara manusia dan seorang iblis ternama bernama Sparda. Dalam DmC, Dante dan Vergil bukan lagi blasteran iblis dan manusia, tapi sudah menjadi blasteran antara iblis dan malaikat. Sebuah sentuhan baru yang cukup menarik sebenarnya, apalagi karakter Dante sebagai blasteran iblis dan malaikat ini juga mempengaruhi kemampuan beraksi dia dalam game.

Untuk urusan masa lalu Dante, saya tidak punya banyak masalah dengan hal ini, tapi kalau disuruh komentar mengenai karakter Dante itu sendiri, sangat banyak hal yang bisa dikritik habis-habisan. Mulai dari tingkahnya yang terlalu bandel dan bisa dibilang sok bad-ass,desain penampilan karakter yang seakan-akan terinspirasi dari Kangen Band tapi dibuat “versi barat”, sampai ke kata-kata yang keluar dari mulutnya yang lagi-lagi memberikan kesan sok nakal tapi terlalu berlebihan. Kesan yang ditimbulkan karakter Dante ini jelas jauh berbeda dari kesan bad-ass konyol namun berkelas yang dimiliki Dante klasik.

Untuk urusan cerita, DmC juga terkesan terlalu memaksa memberikan kesan kritik sosial di dalamnya. Antagonis utama yaitu Mundus digambarkan sebagai seorang iblis kuat berwujud manusia yang menguasai dunia dengan cara mengikat negara-negara di seluruh dunia dengan hutang, sebuah konsep yang sepintas mungkin terdengar keren tapi terasa sangat klise begitu disampaikan dalam adegan sinematik di game. Adanya adegan berlatar klub malam penuh dengan gambaran berkesan seksual juga membuat game menjadi kurang menarik untuk dilanjutkan sampai tamat.

Petualangan Penuh Aksi
Meskipun dari segi karakter, cerita, penulisan naskah, dan adegan sinematik, DmC bisa dibilang merupakangame yang

sangat menyebalkan (ya, saya memilih kata “menyebalkan”), tapi untuk urusan gameplay harus saya akui game ini sangatlah bagus. DmC masih memiliki aksi membantai iblis penuh dengan comboseperti Devil May Cry biasa, namun bisa dibilang Ninja Theory cukup meningkatkan gameplay dasar yang dimiliki seri ini dan membuatnya jadi lebih bad-ass (kali ini bad-ass yang positif).

Sama seperti Devil May Cry sebelumnya, sebagai Dante kamu akan memiliki pilihan senjata yang dapat membantumu melakukan combo dan menghabisi setan-setan yang berkeliaran di level. Bedanya, jika di Devil May Cry sebelumnya proses mengganti senjata cukup kaku layaknya mengubah equipment dalam RPG (ralat di bawah), maka DmC membuat proses mengganti senjata jadi begitu cepat dan instan. Total ada tujuh senjata yang dapat Dante gunakan dan mengganti senjata-senjata tersebut hanya membutuhkan satu pencetan tombol di controller saja.

Sebagai contoh, untuk menggunakan Rebellion, pedang milik Dante, kamu cukup menyerang menggunakan kombinasi tombol standar saja. Kalau kamu mau menggunakan senjata iblis pertama yang merupakan semacam kapak raksasa, kamu hanya perlu menahan tombol R2 sambil melakukan serangan biasa. Sedangkan untuk menggunakan senjata iblis kedua, kamu cukup tekan tombol kanan di D-pad dan kapak tadi akan berubah menjadi sepasang tinju raksasa. Hal yang sama bisa kamu lakukan untuk senjata malaikat, bedanya bukan R2 yang kamu tahan, tapi L2.

Dengan kontrol ini kamu bisa menghasilkan combo dan bermanuver menggunakan seluruh kemampuan Dante dengan sangat praktis. Hal ini memberikan dimensi baru dalam gameplay seri Devil May Cry tanpa perlu kehilangan jati dirinya.

Ralat: Dalam Devil May Cry sebelumnya proses mengganti senjata tidak sekaku RPG tapi menggunakan tombol R2 dan L2 juga. Bedanya di seri-seri sebelumnya senjata kamu akan berganti dan berubahnya tidak sehalus proses berubah senjata di sini yang kontrolnya dengan menahan tombol, bukan sekedar menekan. Hal ini jugalah yang mempengaruhi lebih nyamannya melancarkan combo di DmC.



Selain combo yang sangat seru untuk dieksekusi, tidak bisa dipungkiri juga DmC memiliki desain level dan bos yang amat sangat menarik. Saya dibuat sangat kagum ketika saya mencapai level yang berhubungan dengan siaran berita dan melihat desain level dan pertarungan melawan bos yang didesain sangat keren dengan tampilan yang sangat cocok sekali dengan tema game.Arahan visual yang keren ini juga akan banyak sekali kamu temukan di bagian Limbo game yang nampak sureal dan keren. Lagi-lagi merupakan perubahan positif untuk seri ini. Meskipun dari segi cerita, karakter, maupun penulisan naskah Ninja Theory menunjukkan kualitas yang sangat buruk, tapi untuk urusan gameplay saya harus mengacungi jempol untuk DmC.




Cepat Dan Tajam
Untuk urusan grafis, DmC Definitive Edition yang rilis di PS4 dan Xbox One jelas menyajikan pengalaman bermain yang betul-betul berbeda dibanding DmC versi biasa. Saya membandingkan game ini versi PS4 dengan versi PS3, dan harus saya akui bahwa pengalaman lebih maksimal jelas tersedia di PS4.

Dalam versi Definitive Edition, game berjalan dengan resolusi 1080p dan kecepatan 60 fps. Dengan kecepatan ini, dijamin kamu akan merasakan pengalaman bermaingame action yang menyenangkan dan terasa mengalir begitu lancar. Sayangnya resolusi 1080p bisa dibilang nampak kurang begitu indah dengan model 3D yang tidak dipoles terlalu banyak. Membuat beberapa bagiangame nampak agak aneh. Tapi hal ini hanyalah kekurangan minor dibandingkan dengan kualitas visual dan performa teknis secara keseluruhan.

Petualangan kamu di DmC juga diiringi musik metal yang dijamin akan memacu adrenalinmu. Tidak banyak yang bisa saya komentari tentang musik di DmC, yang jelas kombinasi direksi visual, gameplay, dan musik diDmC merupakan sebuah kombinasi yang sangat klop dan sempurna.



Kesimpulan
Belum pernah saya merasakan konflik batin sebesar ini ketika bermain game. Sebuah kombinasi unik, di mana cerita, karakter, dan penulisan naskah secara keseluruhan merupakan karya berantakan yang bahkan bisa membuat saya merinding karena kesal dengan keburukannya. Tapi di lain pihak gameplay yang diusung game ini sangatlah berkualitas dan penuh aksi pemacu adrenalin.

Karena pada akhirnya kita sedang membicarakan tentang video game, mau tidak mau nilai utama yang harus dibahas adalah kualitas gameplay, dan DmC jelas memiliki gameplay yang sangat bagus. Ditambah lagiDmC Definitive Edition merupakan sebuah paket berkualitas dengan resolusi 1080p, kecepatan 60 fps, seluruh DLC yang pernah dirilis, serta beberapa modebaru yang dapat menambah tantangan kamu bermain. Jadi kalau kamu suka dengan game action, saya jelas sangat menyarankan kamu untuk memainkan DmC,terutama versi Definitive Edition.
Load disqus comments

0 komentar

Contact Form

Name

Email *

Message *